Aku anak keempat dari lima
bersaudara dan satu-satunya anak perempuan ayah dan ibu. Kebiasaanku yang
terbilang tomboy mungkin sudah tidak asing lagi setelah kalian mengetahui bahwa
empat saudaraku adalah laki-laki. Sejak lahir aku tinggal di rumah orang tua
dari ayahku yang lumayan besar, namun ada 3 keluarga saat itu yang tinggal di
rumah nenekku tersebut, ditambah dengan nenek dan almarhum mbah ku.
Singkat cerita,
dari kecil aku tidak dibesarkan dalam keluarga yang religius dan fanatic dalam
hal agama. Pengetahuan kami saat itu hanya standar, mungkin minim, bahkan
selama delapan tahun lamanya aku tinggal di kota metropolitan itu, hanya
beberapa dari sekian banyak sanak saudaraku yang mengenakan hijab, jadi aku pun
otomatis tidak mengenal apa itu hijab.
Setelah
migrasi, berpindah-pindah rumah dari kota satu ke kota lainnya yang sampai
sekarang aku tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Dulu ayah dan ibuku
hanya berkata ada masalah orang tua yang aku tidak berhak tau sampai sekarang.
Dan migrasi itu membuatku drop out dari sekolah dasar selama satu semester dan
harus mengulang dari semester awal saat aku daftar di sekolah yang selanjutnya.
Tempat terakhir
sebelum keluargaku pindah ke Kalimantan seperti sekarang adalah tempat yang
mulai merubah sedikit kepribadianku. Tempat itu bernama Desa Mandirancan,
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Disana tidak hanya menuntut ilmu pengetahuan
tetapi juga aku disuapi ilmu agama yang aku timba di salah satu TPA (Taman
Pendidikan Al-Qur’an) dekat rumah. Desa
ini adalah asli desa kelahiran ibu ku dan beliau berkata bahwasanya jika tidak
bisa membaca huruf Al-Qur’an disini rugi, malu, dan lain sebagainya. Namun apa
yang dikatakan ibu ternyata benar. Aku merasa malu karena saat itu teman-teman
sebayaku telah pandai membaca Al-Qur’an, sedangkan aku ? Iqra saja belum
lancar. Namun apa yang orang bilang benar, tidak ada kata terlambat dalam
belajar. Akhirnya aku mulai bisa membaca Al-qur’an setelah dua tahun tinggal
disana.
Tapi, setelah
bisa membaca Al-Qur’an akhlak ku berubah ? tidak juga, di usia sebelas tahun,
aku tidak pernah shalat, mungkin bisa membaca Al-Qur’an pun saat itu hanya
untuk menghilangkan gengsi semata. Mungkin itu yang dibilang orang dengan
sebutan islam KTP, tapi sayangnya saat itu aku belum punya KTP, sehingga aku
menamakannya islam AKTE kelahiran. :D.
Setelah
bersekolah di tiga sekolah dasar, lagi-lagi aku harus merelakan untuk menambah
jumlah koleksi sekolah dasarku menjadi empat karena keputusan orang tua untuk
kembali bermigrasi, namun saat itu, kami pindah tidak nanggung-nanggung. Kalau sebelumnya
kami pindah dari Jakarta-Depok-Kuningan, sekarang kami terbang menyeberangi
pulau hingga tiba di pulau Kalimantan. Kini usiaku juga semakin bertambah dan
mulai pubertas. Seharusnya ketika seseorang telah pubertas maka wajib baginya
untuk menjalankan semua kewajiban-kewajiban Allah, tapi berbeda dengan diriku.
Sifat tomboyku yang sudah ku bawa sejak lahir tidak hilang begitu saja, bahkan
aku cuek dengan semua kewajibanku dulu. Astaghfirullahaladziim, dan aku memulai
karena saat itu…..
Hari pertama
sekolah di tempat yang baru, teman baru,
guru baru, bahasa baru, dan suasana baru. Aku sekolah di tempat yang sama
dengan sepupuku yang tinggal disini. Saat pertama kepala sekolah membawaku ke
kelas baru, aku sungguh terkejut karena saat itu yang aku dapatkan semua siswa
wanita yang ada ya lumayan banyak yang berhijab, hijab anak-anak yang sesuai
dengan usia kita saat itu, jujur saja aku merasa malu. Dengan gaya rambut yang
di ekor kuda, baju seragam yang sudah kecil dengan lengan pendek, serta rok
merah yang sedikit lebih keatas dari lutut. Itu membuat esok harinya aku
merengenk minta dibelikan baju berlengan panjang.
Masa-masa
sekolah dasar telah terlewati, seragam putih merah, kini berubah menjadi putih
biru. Sekolah SMP ku dulu mewajibkan setiap siswinya untuk mengenakan hijab
yang dibeli sendiri di sekolah tersebut. Harusnya kita merasa bersyukur sejak
dari sekolah sudah diberi kemudahan bahkan diwajibkan untuk menutup aurat,
namun aku masih saja bandel. Pulang dari sekolah, seringkali hijab yang ku
kenakan itu ku lepas dan ku letakkan di dalam tas, aku merasa tidak betah,
bahkan tomboyku semakin menjadi-jadi. Setiap ada kegiatan sore atau les, busana
yang menjadi faforitku adalah celana jeans lebar yang biasa dipakai pria, kaos
yang lengannya dilipat 2-3 lipatan, jacket hitam yang biasa dikenakan oleh pria
juga, serta gak ketinggalan koleksi topiku, waktu smp aku memang senang sekali
mengoleksi topi dan memakainya jika ada kegiatan. Tiga tahun terlewat begitu
saja….
Setelah
menghabiskan masa ABG ku di SMP, kini rok biru itu menjelma menjadi abu-abu
yang kata orang masa-masa paling indah dalam menempuh pendidikan. Tak beda jauh
dengan peraturan di SMP ku dulu, kini di SMA semua siswi juga diwajibkan
berhijab. Sampai suatu saat aku masuk di kelas X-4 dan bertemu dengan salah satu
guru muda yang cantik. Beliau sangat pandai bergaul dengan siswa dan membuat
banyak siswa yang menyenangi beliau dan cara beliau menyampaikan pelajaran, tak
terkecuali aku. Selama hampir 16 tahun hidup bersama 4 saudara laki-laki,
membuatku rindu dan ingin memiliki sosok kaka perempuan yang bisa merangkul aku
saat itu, masa-masa remaja memang enaknya dicurhatkan, dibicarakan oleh saudara
perempuan, karena saat itu, semua kakak-kakak ku sibuk dengan urusannya
masing-masing dan adikku masih terlalu kecil. Dan sosok guru cantik ini, masuk
kedalam kehidupanku disaat aku membutuhkan karakter kakak perempuan tadi, aku
sungguh merasa nyaman dengan beliau, dan dengan begitu saja, rasa sayang yang
tulus melebihi rasa sayang sebatas murid kepada guru tumbuh begitu saja dalam
perasaanku. Walau mungkin aku tau kalau beliau tidak pernah membeda-bedakan
murid, tapi aku tetap menyayanginya lebih dari guru-guru yang lain. Meski
terkadang aku ingin mendapat perhatian lebih darinya, namun aku benar-benar
tulus memberikan rasa sayang ini yang tak harus dibalas. J .
Rasa sayang ku
kepada guru cantik ini membuatku melakukan apapun yang dikatakan beliau, bahkan
karakterku yang tidak suka membaca hilang ketika beliau menyarankanku untuk
membaca sebuah buku yang baru saja dibelinya. Aku ingat kata-katanya. “mey, ibu
punya buku bagus deh, pokonya kamu harus baca sampai habis, bacanya
direnungkan, kalau perlu dikamar hehehe”, tanpa pikir panjang aku menuruti
perkataannya dan membaca buku tersebut sampai habis. Dan masyaAllah, setelah
membaca buku itu aku mengambil suatu keputusan besar dalam hidupku. Buku yang
membahas lengkap tentang hijab itu mampu mengubahku. Mulai dari hukum berhijab
hingga bagaimana hijab yang sesuai dengan syariat. Aku tau, kalau aku pasti
akan menjadi bahan omongan, pasti terkesan aneh karena tak seperti yang mereka
kenal. Tapi aku benar-benar niat insyaAllah, aku menutup aurat hanya karena
Allah semata. Jadi aku membulatkan tekad untuk tidak tergoyahkan dengan
omongan-omongan orang lain, karena semua yang ada di dunia ini milik-Nya, dan
kita akan kembali pada-Nya, jadi kalau bukan aku yang menyelamatkan diriku
sendiri, siapa lagi ? bahkan orang yang memberi omongan-omongan kurang baik pun
tidak akan bisa menyelamatkan, jadi aku bersyukur telah mendapat hidayah
dari-Nya.
Sampai sekarang
aku sangat mencintai hijabku. Salah satu prinsipku untuk memotivasi diri
sendiri adalah :
“mutiara, perhiasan yang paling mahal itu terletak rapat di
dalam kerang dan sulit untuk di ambil, maka jadilah seperti mutiara itu yang tertutup
rapat, dan hanya bisa diambil oleh orang tertentu yang benar-benar berani untuk
menjadi imam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar